Pendahuluan :
Salah
satu masalah dalam kehidupan manusia yang berbakti kepada Allah, yaitu
bahwa sementara mereka yakin ada satu hari perbaktian, sebagai satu hari
yang suci, tetapi oleh karena perubahan-perubahan masa dan situasi maka
mereka tidak lagi menghiraukan hari itu.
Ada orang berpendapat bahwa tidaklah penting memelihara satu hari tertentu
sebagai hari suci, karena mereka beranggapan tiap hari itu sama adanya.
Ada lagi yang menyatakan bahwa manusia dapat menyucikan tiap hari atau
menurut hari yang disukainya.
Dalam pelajaran terdahulu, kita telah ketahui dengan pasti bahwa hari yang
disucikan menurut perintah Allah sebagai hari kebaktian bagi umat-Nya
telah ditentukan yaitu "hari yang ketujuh", hari Sabtu dan bukan
hari yang lain, atau pun hari Minggu yang kini dihormati oleh kebanyakan
orang Kristen.
Jika demikian mengapakah bagian terbesar orang berbakti pada hari Minggu
dan bukan pada hari Sabat, hari yang ketujuh ? Bagaimanakah
perubahan itu terjadi ?
1. USAHA UNTUK MERUSAK PEMERINTAHAN ALLAH
Dari mula pertama Setan dengan
segala
kekuatannya telah berusaha untuk meruntuhkan pemerintahan Allah.
Sasaran utama dalam melancarkan kejahatannya itu ialah menghancurkan 10
Hukum Allah yang menjadi dasar pemerintahan Allah sebagai tugu-tugu
kebenaran moral. Hari Sabat, yang tercantum dalam hukum keempat,
sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, Khalik yang menjadikan langit
dan bumi dan segala isinya menjadi pula tujuan serangan Setan yang
terutama.
Mengenai serangan ini telah dinubuatkan dengan jelas dalam Kitab Suci :
"Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan
akan menganiaya orang-orang kudus milik yang Mahatinggi, ia berusaha untuk
mengubah waktu dan Hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya
selama satu masa dan dua masa dan setengah masa." Daniel 7:25.
Jelas
di sini bahwa sadar atau tidak sadar, manusia akan bekerja sama dengan
rencana Setan ini untuk "mengubahkan segala masa dan Hukum".
Apabila manusia di dunia ini berhasil dipengaruhi untuk tidak menyucikan
hari Sabat, atau mengalihkan perhatian kepada hari yang lain, maka hal itu
berati suatu kemenangan pihak Setan, karena manusia tidak lagi merayakan
hari Sabat yaitu hari ketujuh yang menjadi tanda peringatan bahwa Allah
Yang Maha Kuasa adalah Khalik semesta alam. Adalah tujuan Setan pula
agar manusia tidak mengakui Allah sebagai pencipta dunia ini, karena Setan
sejak terjadi pemberontakannya yang gagal di surga, mempunyai niat untuk
merampas kekuasaan Allah.
"Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu, Aku hendak naik ke langit,
aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku
hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku
hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi." Yesaya 14:13,14.
2. BAGAIMANAKAH DENGAN HARI MINGGU ?
Jika
demikian kita bertanya, mengapakah hari Minggu dijadikan hari kebaktian
oleh mayoritas umat Kristen ? Juga diakui oleh banyak negara di
dunia bahwa hari Minggu bukan sebagai hari kerja resmi ? Adakah
alasan hari Kitab Suci yang mengatakan bahwa hari Minggu telah
menggantikan hari Sabtu, yaitu hari Sabat, hari yang ketujuh ?
Dalam seluruh Kitab Suci, tidak terdapat satu ayat pun yang mengatakan
bahwa hari Minggu sebagai hari yang menggantikan Sabat. Alasan yang
dikemukakan orang ialah dari pada tafsiran mereka sendiri, yaitu karena
hari kebangkitan Yesus Kristus, yang mana alasan itu tudak mempunyai dasar
Kitab Suci ! Hanya ada delapan ayat di dalam Kitab Suci.
Perjanjian Baru, yang menyebut tentang hari pertama yaitu Minggu, tetapi
tidak ada satu pun dari ayat-ayat ini yang menyatakan bahwa hari Minggu
sebagai hari yang harus disucikan sebagai hari Sabat dalam hukum keempat
dari 10 Hukum Allah.
Sejarah gereja dengan jelas menyatakan bahwa sari Sabat telah dipelihara
dan dirayakan oleh umat Kristen beberapa abad lamanya setelah Yesus
Kristus diangkat ke surga.
Menurut dugaan rupanya pada pertengahan abad kedua, mulai timbul suatu
perayaan yang dikenal sebagai "festival kebangkitan" yang
dilakukan pada hari pertama yaitu hari Minggu.
Di samping itu, memang ada kebiasaan pula di kalangan orang ketika sebelum
menjadi Kristen merayakan hari-hari tertentu untuk penyembahan dewa-dewa
di antaranya dewa matahari. Sebagaimana kita ketahui nama hari
sepanjang minggu itu berasal dari nama dewa-dewa, dan hari Minggu itu
adalah berasal dari nama dewa matahari, (Sun-day).
Kepada bangsa Israel dulu kala, Allah telah melarang mereka untuk
melakukan penyembahan matahari. "Dan juga supaya jangan engkau
mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari,
bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud
menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan
TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai
bagian mereka."
"Dan yang pergi beribadah kepada Allah lain dan sujud menyembah
kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit,
hal yang telah kularang itu." Ulangan 4:19,17:3.
Sejarah menyatakan lebih lanjut bahwa baru pada tahun 321 M, dikeluarkan
satu perintah oleh Kaisar Roma Konstantine, supaya di seluruh kerajaan
Roma hari Minggu harus dirayakan sebagai hari raya nasional. Semua
kantor-kantor harus ditutup. Dengan dekret ini, Konstantine
menyatakan bahwa perayaan hari Minggu itu adalah menghormati "matahari"
dengan latar belakang pengertian bahwa hari Minggu itu adalah hari raya
penyembahan dewa Matahari yang biasa dilakukan orang pada waktu itu.
Bacalah penjelasan ini dalam buku-buku Ensiklopedia dan buku-buku sejarah.
Pada tahun 364 M, tatkala diadakan konsili di Laodikia, gereja telah
mengambil keputusan bahwa hari Sabat hari diganti dengan hari Minggu.
Mulai waktu itu terjadilah suatu kerja-sama antara gereja dan pemerintahan
dalam hal penetapan hari Minggu dengan alasan untuk merayakan hari
kebangkitan Kristus, dan meninggalkan hari Sabat hukum keempat dari 10
Hukum Allah.
Walaupun sudah menjadi keputusan konsili dan diperkuat oleh peraturan
pemerintah waktu itu, masih banyak juga orang yang tidak mau melaksanakan
penyucian hari Minggu itu, melainkan tetap menyucikan hari Sabat.
Dikatakan pulah bahwa mulailah timbul tekanan-tekanan dari pihak gereja
dan pemerintah, sehingga mereka yang menyucikan Sabat mulai ikut merayakan
hari Minggu yaitu merayakan dua hari itu, tetapi lama-kelamaan hari Sabat
pun ditinggalkan pula. Apalagi dalam zaman kita ini banyak orang
tidak mempedulikan lagi tentang kebenaran Sabat. Jika saudara
bicarakan hal hari Sabat kepada seseorang mungkin ia akan menjawab,
"Ah, sama saja !"
Mereka tidak menyadari bahwa tujuan utama menyucikan Sabat, sesuai dengan
maksud Allah adalah tanda menyembah Allah Khalik yang telah menciptakan
semesta alam. Lebih jauh lagi mereka tidak menyadari pula bahwa
dengan merayakan hari Minggu, berarti mereka sedang mengikuti peraturan
manusia !
Kepada mereka itu, sama dengan kepada orang Farisi dan Yahudi di zaman
dulu, Yesus berkata :
"Tetapi jawab Yesus kepada mereka : "Mengapa kamu pun melanggar
perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu ? Hai orang-orang
munafik ! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu : Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan
ialah perintah manusia." Matius 15:3, 7-9.
3. MERONGRONG GEREJA ALLAH YANG BENAR
Tetapi
saudara bertanya, "Bagaimanakah sehingga gereja dapat mengubahkan
hukum Allah itu ? Kalau gereja yang berbuat demikian bukankah gereja
itu telah melakukan suatu kesalahan ?" atau "Bukankah mayoritas
manusia melaksanakan perayaan hari Minggu dan bukan hari Sabtu ?
Apakah mayoritas itu salah ?
Disinilah letak kebijaksanaan untuk mentaati kebenaran ! Firman Allah
itulah kebenaran adanya. Jika ternyata mayoritas tidak mengikuti
firman Allah maka mayoritas itu tidak dapat dibenarkan karena ada tersurat
:
"Carilah pengajaran dan kesaksian !" Siapa yang tidak berbicara
sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar."
Yesaya 8:20.
Kita tidak perlu heran jika ada pemimpin-pemimpin gereja pun atau
kekuasaan gereja melaksanakan tindakan-tindakan pengubahan
peraturan-peraturan Allah dalam Kitab Suci, karena peristiwa serupa itu
sering terjadi pada zaman dulu sehingga Allah harus membuka kedok
imam-imam itu, dengan firman sebagai berikut : "Imam-imamnya
memperkosa Hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku,
mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak
mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata
terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di
tengah-tengah mereka." Yehezkiel 22:26.
Bukan sampai disitu saja, tetapi telah dinubuatkan pula, bahwa tindakan
lebih jauh akan dilakukan pula yaitu menyerang dan menganiaya umat Allah
yang memelihara hukum Allah.
"Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi
keturunannya yang lain, yang menuruti Hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus." Wahyu 12:17.
Sejarah menjelaskan tentang satu masa yang disebut "Abad kegelapan"
yang berlangsung selama 1260 tahun di mana umat Allah telah dianiaya dan
banyak yang mati dibunuh karena mempertahankan kebenaran dan Hukum Allah.
Hal ini telah dinyatakan di dalam nubuatan : "Dan mereka mengalahkan
dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.
Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut."
Wahyu 12:11.
Setelah berakhir masa "Abad kegelapan" itu timbullah reformasi.
Banyak orang mulai menyelidiki Kitab Suci lagi, dan reformis-reformis
gereja, mulai meninggikan kebenaran Kitab Suci dan Hukum-hukum Allah
dipelajari. Lambat laun kebenaran tentang hari Sabat ditinggalkan
pula terutama pada akhir zaman ini.
4. PENGAKUAN TENTANG PERUBAHAN HARI SABAT
Untuk
dapat diketahui dengan lebih jelas tentang proses dilakukannya perubahan
hari Sabat kepada hari Minggu, kita perhatikan beberapa pengakuan yang
dikemukakan dalam tulisan-tulisan sebagai berikut :
"Memang pernah ada dan tetap ada hukum untuk menyucikan hari Sabat,
tetapi hari Sabat itu bukanlah hari Minggu....Dikatakan bahwa oleh karena
beberapa tanda kemenangan, maka Sabat itu telah dipindahkan dari hari
ketujuh kepada hari yang pertama.....Di manakah kita bisa mendapat catatan
tentang transaksi pemindahan ini ? Tidak ada di dalam Perjanjian
Baru - sama sekali tidak. Tidak ada bukti Kitab Suci tentang
perubahan lembaga Sabat itu dari yang ketujuh kepada yang pertama dalam
Minggu." - Dr. Edward T. Hiscox, The Baptist Manual, November 13,
1893.
"Dimanakah di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kita harus
menyucikan hari pertama ? Kepada kita diperintahkan supaya
menyucikan hari ketujuh; tetapi kita tidak diperintahkan menyucikan
hari pertama...Sebabnya mengapa kita menyucikan hari pertama dalam minggu
sebagai hari suci dan bukan hari ketujuh ialah karena alasan yang sama
dengan perayaan-perayaan lain yang kita lakukan, bukan karena ada di dalam
Kitab Suci, tetapi karena kesukaan gereja itu sendiri." - Isaac
Williams D.D., Gereja Inggris,"Plain Sermons on the Cathecism."
"Tanya : Hari manakah Sabat itu ?
Jawab : Sabtu adalah hari Sabat.
"Tanya : Mengapa kita merayakan Minggu dan bukan Sabtu ?
Jawab : Kita merayakan hari Minggu gantinya hari Sabtu sebab Gereja
Katolik, dalam konsili di Laodikia (A.D. 336) telah memindahkan penyucian
hari Sabtu kepada hari Minggu." Rev. Pieter Geirman, The
Convert's Catechism of Catholic Doctrine.
"Anda boleh membaca Kitab Suci dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda
tidak akan menemukan satu barispun yang memberikan perintah untuk
menyucikan hari Minggu. Kitab Suci menguatkan perbaktian
keagamaan pada hari Sabtu, yaitu satu hari yang kami (umat Katolik) tidak
pernah menyucikannya." - Cardinal James Gibbons, Kardinal
Gereja Roma Katolik, The
Faith of Our Fathers.
5. PANGGILAN ALLAH SUPAYA KEMBALI KEPADA SABAT
Kitab Suci menyatakan bahwa Allah
tidak akan membiarkan manusia terus-menerus menginjak-injak hukum Allah
dan Hukum hari Sabat-Nya. Allah telah mengatakan hukuman terhadap
mereka yang tidak menghiraukan penyucian hari yang ketujuh itu sebagaimana
yang tertulis dalam ayat berikut :
"Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan
berkata dengan suara nyaring : 'Jika seorang menyembah binatang dan
patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka
ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran
dalam cawan murka-Nya, dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di
depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.
Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya,
dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang
menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah
menerima tanda namanya. Yang penting di sini ialah ketekunan
orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan imana kepada Yesus."
Wahyu 14:9-12.
Dalam zaman kita ini seruan Allah sedang ditujukan kepada kita agar kita
kembali kepada Allah, oleh menurut hukum-hukum-Nya dan berbakti pada hari
Sabat, yaitu hari yang telah disucikan Allah sebagai tanda bahwa Allah
adalah Khalik yang telah menciptakan semesta alam sekalian.
Seruan itu dinyatakan dengan nyaring dan dengan beberapa perjanjian kepada
mereka yang mendengar panggilan-Nya dan menurut perintah-Nya,
"Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan ! - Nyaringkanlah
suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran
mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka !.... Apabila engkau
tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari
kudus-Ku, apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan",
dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia", apabila engkau
menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak
mengurus urusanmu atau berkata omong-kosong, maka engkau akan
bersenang-senang karena TUHAN....." Yesaya 58:1-14.
Maukah
saudara mendengar panggilan Allah untuk kembali kepada penuntun yang benar
yaitu menyucikan hari Sabat-Nya ? Maukah saudara mentaati firman
Allah dan menerima berkat yang limpah dalam hidup saudara yang Allah telah
sediakan ?
|