Pendahuluan :
Arnold
Roynbee, seorang ahli sejarah yang termasyur dalam zaman ini, pernah
mengatakan bahwa kebudayaan dunia modern akan musnah dan kebudayaan baru
akan timbul di atas reruntuhan yang lama dan siklus ini akan
berputar terus saling berganti dan tidak akan berhenti.
Orang bertanya, jika demikian halnya, apakah itu berarti bahwa sejarah
akan berulang terus, dan dunia tidak akan lepas daripada kekacauan dan
malapetaka yang membinasakan ? Bahwa kejahatan manusia,
kekuasaan yang lalim, kemerosotan akhlak akan berulang terus tanpa suatu
pengendalian ? Tanpa kekuatan hukum yang mengatur ? Memang,
tampaknya gelombang kejahatan dalam dunia kita ini belum menunjukkan
tanda-tanda menurun malainkan semakin bertambah.
Kipling pernah menulis, "Bawalah aku di daerah mana saja di sebelah
Timur Suez, di mana perbuatan yang terbaik tidak berbeda dengan perbuatan
yang terjahat, di mana tidak terdapat 10 Perintah, dan seorang akan dapat
memgangkitkan keinginan."
Kini kita tidak perlu mencari daerah sebelah Timur Suez, karena pada
umumnya di manapun di seluruh dunia sedang menghadapi masalah untuk
menegakkan keadilan hukum dan kebenaran. Berjuta manusia
menganggap 10 Perintah Allah itu tidak berlaku lagi.
Sebenarnya dalam tiap negara ada hukum atau undang-undang yang dibuat
untuk mengatur tata-tertib dan kehidupan masyarakat. Namun demikian,
dengan segala hukum positif yang berlaku dalam tiap negara, tampaknya
tidak dapat menurunkan angka-angka kejahatan dan segala perbuatan
pelanggaran susila dan merusak norma-norma hukum yang berlaku.
Ada orang berpendapat bahwa musuh yang terbesar bagi masyarakat dan bangsa
yang beragama bukanlah menghadapi golongan ateis atau komunis, melainkan
lebih menyangkut soal sentimental umat beragama itu sendiri. Adapun
yang dimaksudkan dengan soal senitmental umat beragama itu ialah suatu
gejala kehidupan yang ingin menikmati berkat-berkat rohani tanpa
mempedulikan peraturan-peraturan. Mau menjadi manusia beragama
tetapi tidak bersedia memenuhi kewajiban-kewajiban menurut kehendak Allah.
Kini timbul pertanyaan, "Apakah salah satu kewajiban menurut kehendak
Allah yang diharuskan manusia mentaatinya ?" Jawabnya terdapat
dalam Kitab Suci sebagai berikut. "Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya
Allahku, Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur 40:9.
Tetapi masih ada beberapa pertanyaan lain lagi. Benarkah Hukum
Allah itu masih diperlukan dan berlaku sekarang ini ? Apakah
faedahnya hukum itu bagi manusia modern ? Bukankah hukum itu tidak
dapat menyelamatkan manusia ? Bagaimanakah manusia yang berdosa
dapat mentaati hukum Allah itu ?
1. HUKUM MORAL
Jelas bagi kita bahwa "kehendak
Allah" berarti pula "Hukum Allah." Barangsiapa
yang mau menyesuaikan hidupnya dengan kehendak Allah berarti menyesuaikan
hidupnya dengan hukum Allah.
Adapun 10 Hukum itu adalah perintah Allah yang diberikan kepada manusia
sebagai suatu hukum moral dan spiritual di dalam prinsipnya yang luas
untuk mengatur tiap gerak-gerik dan tingkah laku kehidupan manusia.
Hukum Allah itu telah ditulis oleh Allah sendiri. "Dan Tuhan
memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di Gunung
Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari
Allah." Keluaran 31:18.
Inilah bunyi hukum itu sebagaimana yang tercantum dalam Keluaran 20:3-27,
lengkapnya sebagai berikut :
- Jangan
ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.
- Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di
atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah
Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia
kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada perintah-perintah-Ku.
- Jangan
menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan
memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
- Ingatlah
dan kuduskanalah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu, maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau
anakmu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang
asing yang di tempat kediamanmu. Sebab eman hari lamanya TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti
pada hari yang ke-7, itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
- Hormatilah
ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu.
- Jangan
membunuh.
- Jangan
berzinah.
- Jangan
mencuri.
- Jangan
mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
- Jangan
mengingini rumah sesamamu, jangan mngingini istrinya, atau hambanya
laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya,
atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Dalam
bentuknya yang sederhana, maka hukum-hukum itu jelas dan nyata, tidaklah
sulit dimegerti syarat-syaratnya dan telah diberikan oleh Allah kepada
manusia agar ditaati. Empat hukum yang pertama, adalah
kewajiban kita terhadap Allah dan enam hukum terakhir menyatakan kewajiban
kita terhadap sesama manusia.
2. HUKUM KASIH
Mungkin
kita bertanya, mengapakah perlu ada 10 Hukum Allah itu bagi manusia ?
Sebenarnya kita melihat dari segi historisnya, bahwa hukum itu tidak dapat
dipisahkan daripada keadaan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa !
"Barangsiapa yang berbuat dosa, ialah berbuat durhaka (melanggar
hukum...Terjemahan Klinkert). Karena dosa itulah keadaan durhaka (pelanggaran
hukum adanya)." 1 Yohanes 3:4. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa 10 Hukum Allah itu adalah mutlak penting agar manusia
berdosa dapat kembali kepada kehidupan yang benar dan suci, oleh
mentaatinya.
Berapa banyakkah manusia yang telah berdosa ? "Sebab upah dosa ialah
maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita." Roma 6:23. Apakah kemuliaan Allah itu ?
Adapun kemuliaan Allah itu, ialah kebenaran-Nya dan kesucian-Nya.
Oleh karena sekalian manusia sudah najis dan berdosa, sejak dari keturunan
Adam, maka mustahil bagi manusia itu menjadi manusia yang bermoral baik
karena segala sifat kehidupan mereka adalah dosa semata-mata.
Kecuali Allah sendiri menyediakan satu jalan yang dapat menghapus dosa
manusia kemudian memberikan kepada manusia itu kuasa untuk memperoleh
kehidupan yang baru maka manusia yang berdosa itu, akan tetapi tidak dapat
mentaati hukum Allah yang benar dan suci itu !
Kini timbul pertanyaan lagi, "Apakah Allah telah menyediakan jalan
kelepasan dari dosa bagi manusia dan memberikan kuasa untuk mentaati
hukum-hukum-Nya ?"
Jawabnya tegas dan nyata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidka binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Yohanes 3:16.
Inilah jawaban tentang kasih Allah kepada manusia, dan untuk keperluan
manusia. Allah tidak mencintai dosa manusia, tetapi Allah
mencintai manusia yang berdosa. Inilah tanda keajaibannya
sifat kasih daripada Allah. Karena kasih itu adalah dasar
pemerintahan Allah. Itulah asas daripada pemerintahan-Nya yang besar
dan pusat daripada putaran roda hadirat-Nya. Rasul Paulus
menandaskan bahwa : "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama
manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat." Roma
13:10.
Dengan demikian jelaslah, bahwa manusia yang berdosa itu dapat mentaati
hukum Allah, oleh percaya kepada Yesus Kristus, dan mendapatkan kuasa
daripada-Nya untuk menurut hukum-hukum itu !
Adapun 10 Hukum Allah itu yaitu Hukum Kasih, haruslah dinyatakan dalam
kehidupan kita dalam dua bagian besar. Kenyataan penurutan hukum
kasih itu, ditujukan kepada Allah dan sesama manusia. Yesus sendiri
berkata :
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama
dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah
: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua
hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Matius 22:37-40.
Di sinilah sebenarnya arti daripada apa yang sering kita dengar orang
mengatakan "dua hukum" yaitu "kasih kepada Allah dan kasih
kepada manusia." Dan memang benar bahwa Sepuluh Hukum itu, dari
hukum yang pertama sampai hukum yang keempat adalah manifestasi kasih
kepada Allah dan dari hukum kelima sampai hukum yang kesepuluh
adalah mafestasi kasih kepada sesama manusia. Namun demikian
daripada manifestasi hukum ini mempunyai satu dasar saja, yaitu dasar
kasih. Demikianlah Sepuluh Hukum Allah itu adalah Hukum Kasih,
"Sebab Allah adalah kasih." 1 Yohanes 4:8.
Lebih jauh kita dapat melihat pula bahwa hukum kasih itu telah dinyatakan
dalam dua cara yang khusus, yaitu pertama, bahwa hukum-hukum itu ditulis
di atas dua loh batu oleh jari Allah sendiri, dan kedua, kenyataan hukum
kasih Allah itu, terdapat dalam kehidupan Yesus Kristus yang telah datang
ke dunia ini, sebagai satu hukum yang hidup dan menjadi teladan penurutan.
Itulah sebabnya Yesus Kristus sendiri berkata, "Jika kamu mengasihi
Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." Yohanes 14:15.
3. HUKUM YANG KEKAL
Ketika
Setan memberontak dan melawan pemerintahan Allah di surga, maka ia telah
dicampakkan ke bumi dan ia melanjutkan kegiatannya di dunia ini.
Adapun serangan utama dari Setan itu ditujukan kepada Hukum Allah, Yohanes
menjelaskan sebagai berikut :
"Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi
keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus." Wahyu 12:17.
Mengapa Setan berusaha menyerang hukum-hukum Allah ? Memusuhi umat
yang memeliharakan hukum-hukum itu ? Karena Setan mengetahui inilah dasar
kecintaan Allah, kebesaran Allah dan kekuasaan Allah ! Dalam usaha
Setan menyerang pemerintahan Allah, kebesaran Allah dan kekuasaan Allah !
Dalam usaha Setan menyerang pemerintahan Allah, ia pun sekaligus berusaha
menghancurkan hukum-hukum Allah dan memusuhi umat Allah yang
setia dalam penurutan hukum-hukum ini.
Tetapi Allah telah mengatakan bahwa hukum-hukum-Nya kekal adanya,dan tidak
dapat diubahkan ! Pada mukadimah sepuluh hukum itu telah dinyatakan
pula sifat yang kekal daripada Pemberi Hukum itu sendiri, "Akulah
TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan." Keluaran 20:2.
Nabi Yesaya menyatakan tentang kebesaran dan kemuliaan hukum Allah itu
sebagai berikut :
"Tuhan telah berkenan demi penyelamatan-Nya untuk memberi
pengajaran-Nya yang besar dan mulia." Yesaya 42:21.
Penulis Mazmur menandaskan pula :
"Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan segala titah-Nya
teguh, kukuh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan
kejujuran." Mazmur 111:7,8.
Benarkah dalam zaman Perjanjian Baru, hukum Allah sudah seperti anggapan
sebagian orang asal cukup percaya tanpa penurutan hukum ?
Perhatikanlah jawaban Rasul Paulus terhadap pertanyaan itu :
"Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Tauran karena iman ?
Sama sekali tidak ! Sebaliknya, kami meneguhkannya." Roma 3:31.
Martin Luther berkata : Hukum moral yang terdapat di dalam 10 Hukum itu,
tetap berlaku,.... karena hukum-hukum itu didasarkan atas sifat kebenaran
dan kesucian Allah, karena itu, tidak dapat diubahkan sebagaimana Allah
sendiri kekal adanya."
Yesus Kristus sendiri berkata : "Karena Aku berkata kepadamu,
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi." Matius 5:18.
4. HUKUM KEMERDEKAAN
Dr.
Billy Graham pernah mengemukakan arti daripada hukum Allah dengan
perkataan ini, "Sepuluh Hukum adalah suatu cermin yang menunjukkan
betapa jauhnya kita telah menyimpang daripada standar Ilahi."
Dapatkah manusia diselamatkan oleh menurut Sepuluh Hukum ? Jawabnya dalam
Galatia 2:16 - "Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan
oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kamu pun telah percaya kepada Yesus Kristus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh
karena melakukan Hukum Taurat. Sebab "Tidak ada seorang pun
yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat."
"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."
Roma 6:14.
Namun demikian masih ada pertanyaan lagi : "Dapatkah seseorang
mengharapkan anugerah keselamatan oleh Allah di dalam Yesus Kristus,
sambil bebas melanggar 10 Hukum Allah ? Apakah anugerah itu
berarti meniadakan penurutan hukum ? Rasul Paulus menjawab, "Jadi
bagaimana ? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di
bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia ?" Sekali-kali
tidak !" Roma 6:15.
10 Hukum Allah itu di samping menjadi hukum kasih, juga adalah menjadi
Hukum kerajaan dan hukum itu pula yang akan menjadi dasar untuk mengadili
perbuatan tiap manusia.
"Tetapi jika kamu menurut hukum kerajaan sebagaimana nas Alkitab,
"Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,
maka baik juga perbuatan itu.
Tetapi jika kamu menilik atas rupa orang, kamu berbuat dosa, dan kamu
dihukumkan oleh hukum itu menjadi orang melanggar hukum.
".... Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan
dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang." Yakub 2:7-9,12.
Maka kesudahan segala perkata yang didengar ia ini : Takutlah akan Allah
dan perliharakanlah segala firman-Nya, karena itulah patut kepada segala
manusia.
"Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang
berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu
jahat." Pengkhotbah 12:13,14.
Pada bagian akhir dari Alkitab telah diberikan gambaran tentang dunia baru
dan nubuatan tentang umat yang akan diselamatkan, dan dinyatakan sebagai
berikut :
"Berbahagialah segala orang yang membasuh jubahnya (menurut
hukuman-hukumannya -- terjemahan Klinkert) sehingga mereka itu berhak
menghampiri pohon hayat itu, dan masuk ke dalam negeri itu daripada pintu
gerbangnya.
"Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal,
orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar." Wahyu
22:14,15.
Orang orang yang akan diselamatkan, dinyatakan mempunyai sifat kehidupan
yang menurut hukum Allah, dan mereka yang tidak diselamatkan dinyatakan
memiliki sifat kehidupan yang tidak mentaati hukum itu.
|